Kamis, 14 Juni 2012
PENGELOLAAN KELAS
FITRIADI. S.Pd.I
Nip. 19830710 201103 1 002
Pengelolaan kelas
berbeda dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih
menekankan pada kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut
dalam suatu pembelajaran. Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan
upaya-upaya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi
terjadinya proses belajar (pembinaan rapport, penghentian perilaku
peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran,
penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma
kelompok yang produktif), didalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik)
dan fasilitas.
Terdapat
dua macam masalah pengelolaan kelas, yaitu :
1.
Masalah Individual :
- Attention getting behaviors (pola perilaku mencari perhatian).
- Power seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan kekuatan)
- Revenge seeking behaviors (pola perilaku menunjukkan balas dendam).
- Helplessness (peragaan ketidakmampuan).
Keempat
masalah individual tersebut akan tampak dalam berbagai bentuk tindakan atau
perilaku menyimpang, yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri tetapi
juga dapat merugikan orang lain atau kelompok.
2.
Masalah Kelompok :
- Kelas kurang kohesif, karena alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya.
- Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati sebelumnya.
- Kelas mereaksi secara negatif terhadap salah seorang anggotanya.
- “Membombong” anggota kelas yang melanggar norma kelompok.
- Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
- Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru, karena menganggap tugas yang diberikan kurang fair. Kelas kurang mampu menyesuakan diri dengan keadaan baru.
Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
Behavior
– Modification Approach (Behaviorism Apparoach)
Asumsi yang mendasari penggunaan
pendekatan ini adalah bahwa perilaku “baik” dan “buruk” individu merupakan
hasil belajar. Upaya memodifikasiperilaku dalam mengelola kelas dilakukan
melalui pemberian positive reinforcement (untuk membina perilaku
positif) dan negative reinforcement (untuk mengurangi perilaku
negatif). Kendati demikian, dalam penggunaan reinforcement negatif seyogyanya
dilakukan secara hati-hati, karena jika tidak tepat malah hanya akan
menimbulkan masalah baru.
Socio-Emotional
Climate Approach (Humanistic Approach)
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
proses belajar mengajar yang baik didasari oleh adanya hubungan interpersonal
yang baik antara peserta didik – guru dan atau peserta didik – peserta didik
dan guru menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang
baik. Dalam hal ini, Carl A. Rogers mengemukakan pentingnya sikap tulus dari
guru (realness, genuiness, congruence); menerima dan menghargai
peserta didik sebagai manusia (acceptance, prizing, caring, trust) dan
mengerti dari sudut pandangan peserta didik sendiri (emphatic understanding).
Sedangkan Haim C. Ginnot mengemukakan bahwa dalam memecahkan masalah, guru
berusaha untuk membicarakan situasi, bukan pribadi pelaku pelanggaran dan
mendeskripsikan apa yang ia lihat dan rasakan; serta mendeskripsikan apa yang
perlu dilakukan sebagai alternatif penyelesaian.
Hal senada dikemukakan William Glasser bahwa guru seyogyanya
membantu mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi;
menganalisis dan menilai masalah; menyusun rencana pemecahannya; mengarahkan
peserta didik agar committed terhadap rencana yang telah dibuat;
memupuk keberanian menanggung akibat “kurang menyenangkan”; serta membantu
peserta didik membuat rencana penyelesaian baru yang lebih baik. Sementara itu,
Rudolf Draikurs mengemukakan pentingnya Democratic Classroom Process,
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat memikul tanggung
jawab; memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang dapat secara bijak
mengambil keputusan dengan segala konsekuensinya; dan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menghayati tata aturan masyarakat.
Group
Process Approach
Asumsi yang mendasari penggunaan pendekatan ini adalah bahwa
pengalaman belajar berlangsung dalam konteks kelompok sosial dan tugas guru
adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif. Richard A.
Schmuck & Patricia A. Schmuck mengemukakan prinsip – prinsip dalam
penerapan pendekatan group proses, yaitu : (a) mutual expectations;
(b) leadership; (c) attraction (pola persahabatan); (c) norm;
(d) communication; (d) cohesiveness.
Pengelolaan kelas
bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor.
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain
adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun
secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya
kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi
yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka
pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
·
Pendekatan
Kekuasaan
Pengelolaan kelas
diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
·
Pendekatan
Ancaman
Dari pendekatan
ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses
untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku
anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan,
sindiran, dan memaksa.
·
Pendekatan
Kebebasan
Pengelolaan
diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
·
Pendekatan
Resep
Pendekatan resep
(cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan
apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi
semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan
tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah
mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
·
Pendekatan
Pengajaran
Pendekatan ini
didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan
akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah
itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru
dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang
kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran
yang baik.
·
Pendekatan
Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan
namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini
bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral. Program atau kegiatan yang
yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan
menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari
tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut
pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan
memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas
diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada
gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari.
·
Pendekatan
Sosio-Emosional
Pendekatan
sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi
yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan
iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas.
Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan
sikap ngayomi atau sikap melindungi.
·
Pendekatan
Kerja Kelompok
Dalam pendekatan
in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok.
Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk
menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang
produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap
baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan
semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan.
·
Pendekatan
Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis
(electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn
inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut
berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu
situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis
disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan
penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun)
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi
kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
6 indikator pengelolaan kelas yang berhasil
·
Guru
mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas
·
Sebagai
guru jika anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.
·
Guru
mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi
contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan
dan lain-lain ) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis
misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur
kelas bukan peraturan kelas.
·
Guru
melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab
prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.
·
Guru
tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi.(stiker,
penghilangan hak siswa dan lain-lain)
·
Guru
mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan
disiplin bisa dipelajari
Ada dua hal yang membedakan antara guru
yang berhasil dengan yang tidak.
·
Guru
yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan
langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa
selama setahun penuh.
·
Guru
yang efektif menghabiskan dua minggu pertama ditahun ajaran dengan meneguhkan
prosedur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar